Berita

Penyegaran Pedagogi Ignasian Fakultas Sastra: MERAWAT KEMANUSIAAN MELALUI HUMANIORA

14-08-2024 12:32:53 WIB

Seluruh dosen Fakultas Sastra mengikuti lokakarya ‘Penyegaran Pedagogi Ignasian dan Implementasinya di Fakultas Sastra. Kegiatan ini berlangsung di R. 303 Lt 3 Gedung Fakultas Sastra, Kampus I, Universitas Sanata Dharma. Hadir sebagai pembicara, Romo Dr. Antonius Sumarwan, S.J dan Prof. Dra. Novita Dewi, M.S., M.A. (Hons.).

“Pedagogi Ignasian merupakan salah satu kekhasan, keunggulan, sekaligus kebanggaan pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Renstra Fakultas Sastra 2024-2028 berkali-kali menyebutkan tentang pentingnya para dosen memahami konsep Pedagogi Ignasian dan mengaplikasikannya di dalam  pengajaran. Dalam tata kelola dan tata pamong di Fakultas Sastra, nilai-nilai Ignasian juga perlu menjadi pedoman perilaku kita. Karena itu, selalu diperlukan penyegaran agar semua dosen dapat memahami dan mengaplikasikannya dengan baik,” demikian dikatakan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, Dekan Fakultas Sastra, dalam sambutan pembukaan.



Menulis Skripsi sebagai Latihan Rohani

Antonius Sumarwan, SJ dalam paparannya “Contemplativus in Scribendo” mengungkapkan bagaimana Pedagogi Ignasian, khususnya Latihan Rohani diimplementasikan di dalam proses penelitian dan penulisan skripsi, tesis, atau disertasi. Penulisan skripsi merupakan tahapan krusial yang menyita banyak waktu dan energi mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa gagal meraih gelar atau tertunda kelulusannya gara-gara mereka sulit menyelesaikan skripsi. Karena itu, menerapkan spiritulitas Ignasian dalam proses penulisan skripsi sebagai latihan rohani merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat.

Romo Marwan kemudian memaparkan tahapan-tahapan penelitian dan penulisan skripsi yang sangat mirip dengan tahapan-tahapan latihan rohani. Ignasius memberikan tiga langkah penting tak terpisahkan di dalam latihan rohani, yaitu (1) persiapan doa, (2) pelaksanaan doa dan (3) refleksi atas pengalaman doa. Untuk memperdalam pengalaman doa, Ignasius juga meminta kita melakukan ulangan (repetisi) atas doa yang sudah kita lakukan. Kalau kita ingin menggunakan proses penulisan skripsi sebagai doa, tiga langkah tersebut mesti dilaksanakan secara cermat, disertai repetisi apabila memungkinkan.

Ada tiga manfaat dari melaksanakan penulisan skripsi sebagai latihan rohani. Pertama, pendekatan ini membantu para mahasiswa yang sedang menulis skripsi menemukan nilai kerohanian dalam tugas akhir mereka. Menulis skripsi menyita banyak waktu serta energi; penyelesaiannya kadang melewati perjuangan yang berat. Kerangka latihan rohani dapat membantu mahasiswa mengalami proses penulisan skripsi ini sebagai pengalaman berjalan dan bekerja bersama Tuhan.  Kedua, menjalani proses penulisan skripsi sebagai olah rohani dapat memberikan energi tambahan bagi mahasiswa sehingga beban tugas akhir dapat ditanggung dengan damai dan karena itu kemungkinan untuk selesai tepat waktu menjadi lebih besar. Karena proses penulisan dialami sebagai berjalan dan bekerja bersama Tuhan, kalau pun tetap mesti berjuang, mahasiswa tidak terlalu merasa sendirian. Ketiga, dilihat dalam konteks lebih luas, menulis skripsi sebagai latihan rohani juga membantu seseorang untuk mengintegrasikan studi dan kehidupan rohani. Hal ini sangat penting mengingat sering kali studi dipertentangkan dengan kerohanian. Banyak orang mengakui bahwa Serikat Yesus kaya akan tradisi kerohanian sekaligus menekankan pentingnya studi. Namun Austin (2014), seorang Yesuit, melihat bahwa dua hal tersebut kurang terintegrasi dengan baik. Menurutnya, bahkan tidak sedikit di antara para Yesuit yakin bahwa “seseorang dapat menemukan Tuhan dalam segala hal, kecuali dalam studi.” 




Merawat Kemanusiaan Melalui Humaniora

Sebagai pembicara kedua, Prof. Dra. Novita Dewi, M.S., M.A. (Hons.) menekankan bahwa Pedagogi Ignasian tidak hanya sekadar mekanisme prosedur pengajaran berbasis: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Prof. Novi mengajak para dosen Fakultas Sastra merawat kemanusiaan melalui disiplin ilmu-ilmu humaniora dengan cara mengintegrasikan Pedagogi Ignasian dalam Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya.

Dalam pemaparannya, Prof. Novi menegaskan pentingnya kegiatan penyegaran ini sebagai sarana konsolidasi menjadikan Pedagogi Ignasian ‘esprit de corps’ di Fakultas Sastra bahkan di USD. “Kita perlu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan inklusif, membina pertumbuhan intelektual, emosional, dan spiritual, memberdayakan mahasiswa menjadi pembelajar seumur hidup dan warga masyarakat yang terlibat,” demikian diungkapkan Prof. Novi.

Selanjutnya, Prof. Novi mengungkapkan bahwa pembelajaran sastra, bahasa, dan sejarah dapat menjadi sarana mengimplementyasikan nilai-nilai Ignasian seperti: menemukan Tuhan dalam segalanya, melakukan curra personalis, mencari kedalaman mkna (magis), dialog dan discernment, penghormatan terhadap sesama, menemukan harapan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan zaman, dan mengajarkan berpikir kritis. (y2t).

Kembali