PENGALAMAN DAN RENUNGAN BKSN
Senin, 26 Agustus 2024 menjadi hari pertama bagi ku untuk memulai perkuliahan di Fakultas Teologi Wedabhakti sebagai mahasiswa baru. Hari itu adalah kali kedua aku menginjakkan kaki di FTW setelah kegiatan INTI pada tanggal 19 Agustus yang lalu. Sebuah awal yang baru bagi ku memulai dinamika pembelajaran di tingkat perguruan tinggi atau menjadi seorang mahasiswa. Rasa bangga sekaligus kagum mewarnai langkah saya memasuki gedung-gedung fakultas yang sebelumnya menjadi tempat yang asing bagiku.
Sebuah tempat yang dulunya hanya bisa aku ketahui dari cerita-cerita para alumni dan kakak tingkat, bahwa FTW itu adalah fakultas yang bagus, di sana ada banyak frater yang berasal dari berbagai konvik dan lain sebagainya. Dan, kini cerita-cerita itu aku alami dan buktikan sendiri. Aku berjumpa dengan banyak teman frater dan juga para suster. Mereka berasal dari berbagai Konvik dan kongregasi seperti CSsR, MSF, SCJ, OMI, CMF, OFM, SSCC, suster-suster ADM, FCH, dan lain sebagainya. Mereka, para pria dan wanita tangguh yang datang dari berbagai daerah, suku, dan konvik, kini menjadi teman seperjuanganku. Mereka adalah orang-orang yang akan menjadi rekan dan saudara bagiku selama menempuh pendidikan di FTW ini. Bersama mereka, aku akan menata panggilanku untuk menjadi seorang imam dan alter Kristus. Suatu harapan dan inspirasi tersendiri bagiku, mendapat teman-teman baru yang memiliki tujuan dan mimpi yang sama. Aku bersyukur bahwa semua itu aku dapatkan di FTW ini, di Fakultas Teologi Wedahbakti. Sungguh suatu kebanggaan bagiku pribadi bisa berada di FTW ini dan berdinamika bersama dengan orang-orang pilihan Tuhan. Perjumpaan dengan mereka merupakan suatu hal yang amat baru bagi ku, berjumpa dengan para frater dan para suster yang berasal dari berbagai konvik dan kongregasi. Tentunya hal ini menjadi hal yang menyenangkan bagiku masuk di FTW ini, sekaligus memberikan warna tersendiri bagi perjalanan hidup panggilanku. Dengan adanya relasi yang baru dengan mereka, panggilan ini akan terasa lebih menyenangkan dan seyogyanya kami bisa saling mendorong dan meneguhkan untuk tetap setia dalam menapaki jalan panggilan ini. Selain itu, perjumpaan dengan para dosen pun juga memberikan kesan tersendiri. Terlebih bahwa relasi awal dengan mereka adalah suatu moment yang bisa memberikan sedikit gambaran terkait proses pembelajaran nantinya. Dinamika perkuliahan yang sudah saya alami beberapa hari ini di FTW merupakan suatu tahap pengenalan sekaligus penyesuaian dengan situasi perkuliahan yang ada. Dari awal perkuliahan aku mencoba untuk mengikuti pola yang ada dan juga memahami segala metode yang digunakan oleh para dosen. Dengan demikian, aku berharap bahwa aku bisa mengikuti dan memahami proses perkuliahan dengan lebih cepat. Dan juga bahwa dengan hal itu aku bisa secara perlahan menemukan metode dan cara belajar yang efektif, baik di kampus maupun di luar kampus. (Fr. Nikolius Delki Sapa, AM)
Sudah seminggu saya mengikuti perkuliahan di Fakultas Teologi Wedhabakti. Pengalam kuliah di FTW tentu sangat mengesankan bagi saya. Mengikuti perkuliahan di FTW ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa yang terdiri dari para frater yang berasal dari konvik yang sama. Saya sebagai mahasiswa baru di Fakultas Teologi Wedhabakti tidak hanya sendirian tetapi saya juga bersama dengan para frater lain yang tentunya dari berbagai macam konvik dan juga dengan para suster yang berasal dari berbagai macam konvik. Pada tahun ajaran baru ini ada yang menarik dari Fakultas Teologi Wedhabakti yaitu FTW mendapatkan mahasiswi seorang suster paling banyak yaitu sembilan. Di angkatan saya mahasiswa paling banyak berasal dari konvik CSsR yang berjumlah 24 frater, hal ini yang membuat saya bingung karena saya sedang berkuliah di Pulau Jawa tetapi rasanya seperti berkuliah di daerah timur. Perbedaan yang ada dalam angkatan saya ini tidaklah menjadi sebuah hambatan dalam diri saya juga angkatan. Dengan adanya berbagai macam latarbelakang suku, asal, dan spiritualitas yang saya dan teman-teman yang lain hidupi menjadi sebuah kekayaan tersendiri yang membuat saya bangga kepada angkatan. Perbedaan ini membantu saya membuka wawasan yang lebih luas dan tidak hanya berkecimpung pada satu suku atau daerah saja. Selama mengikuti perkuliahan satu minggu ini saya menyadari bahwa kami disini memiliki satu alasan yang sama kenapa memilih Fakultas ini karena ketaatan kami pada perutusan yang dipercayakan kepada kami oleh Provinsial maupun Uskup. Kesadaran tersebut membantu saya menyadari bahwa saya mengikuti kuliah di FTW bukan untuk bersaing satu dengan yang lain tetapi kami sama-sama belajar dan siap untuk saling tolong menolong. Saya juga menemukan sikap kekeluargaan yang sangat menyenangkan bagi saya karena dapat saling bertukar cerita dan membagi keluh kesah atas apa yang dirasakan. Sikap terbuka dan saling menghargai menjadi salah satu point penting bagi saya untuk mau menambah pengetahuan. Saya juga merasa senang karena bisa mengikuti perkuliahan di FTW dengan banyaknya teman yang memiliki latar belakang yang berbeda yang membantu saya untuk menemukan cara berpikir yang berbeda dan mungkin saja lebih cocok bagi diri saya. Pengalam pertama memasuki perkuliahan di FTW saya bersama dengan para teman-teman yang lain sungguh merasa senang karena disambut dengan hangat oleh kating (kakak tingkat). Kami juga diminta agar bisa mengikuti perkuliahan di FTW dengan penuh semangat dan juga kami diajak untuk menjadi seorang dryakara muda yang siap menjadi pelayan Gereja di masa depan. (Fr. Agustinus Renaldi Anggara, SCJ)
Adakah seseorang di dunia ini yang paling mengerti dan setia selain Tuhan? Saya pikir tak ada seorang pun yang dapat menyamai-Nya. Cinta-Nya yang melampaui batas kemanusiaan membuat saya begitu terpikat untuk mengisahkan-Nya. Cinta-Nya yang lestari membuat saya merasa menjadi makluk yang paling berharaga. Ia begitu luar biasa seperti yang dikisahkan dalam pengelihatan Nabi Nahum. Tuhan menjadi tempat perlindungan dalam waktu kesusahan dan Ia memperhatikan orang yang berlari kepadanya dan memberikan mereka kasih yang sempurna. Dilain hal saya percaya akan janji yang yang telah Ia nyatakan dalam sabda-Nya, “Aku akan mencintaimu dengan cinta yang tanpa batas. Aku akan setia kepada-Mu, juga kalau kamu memalingkan diri dari Aku, menolak Aku atau menghianati Aku.” Akan hal ini terkadang saya merasa kecewa karena sering berpaling daripada-Nya. Seakan-akan saya melihat bahwa Allah sedang melakukan system kontrak dengan saya. Dosa menggelapkan pengelihatan saya, sehingga tak mampu melihat rencana-Nya yang begitu luar biasa untuk hidup saya. Tuhan selalu luar biasa, betapa pun buruknya saya, Ia tak pernah menolak. Ia selalu merangkul, Ia membawa ke tempat yang selalu menentramkan jiwa. Atas janji-Nya itu saya disadarkan bahwa Tuhan tidak sedang melakukan sistem kontrak dengan hamba-Nya. Janji-Nya kekal abadi; Ia mengikat perjanjian dengan hamba-Nya, dan dalam kehidupan sehari-hari Ia terus menghendaki agar hubungan saya dengan sesama pun selalu mencerminkan perjanjian yang sakral itu. Kehendaknya selalu mau mengatakan, bahwa kasih-Nya tak pernah terbatas. Itu artinya, kasih Allah itu sudah ada sebelum saya dilahirkan dan akan terus ada sampai saya memenangkan pertandingan di dunia ini. Saya percaya bahwa setiap saat saya selalu dilindungi oleh kasih-Nya yang abadi. Dengan menghayati hidup rohani, berarti saya menerima bahwa kasih yang abadi itu benar-benar ditujukan bagi saya. Dengan demikian, saya dapat menghayati kasih yang sementara, untuk orang tua, saudara-saudari, dan semua orang yang saya kenal sebagai cerminan kasih Allah yang abadi. Tidak ada orang tua di dunia yang mampu mencintai anak-anak mereka dengan sempurna. Tidak ada kasih manusia yang dalam kadar tertentu tidak cacat. Jika satu-satunya yang saya miliki adalah kasih yang terbatas atau cacat itu, maka akan dengan muda saya dapat terjurumus dalam keputusasaan. Namun, jika saya dapat menghayati kasih yang terbatas dan cacat itu sebagai cerminan yang tidak sempurna dari kasih Allah yang sempurna dan tanpa syarat, saya pasti dapat mengampuni keterbatasan saya dan mensyukuri kasih yang mampu saya tawarkan. Tanpa kasih orang tua, sahabat atau pun sesama dalam kehidupan itu artinya tidak akan ada kehidupan. Tanpa kasih, semua kita akan mati. Namun ternyata ada banyak orang yang hanya sedikit menerima kasih, atau bahkan tidak sama sekali. Saya pun terkadang merasakan hal demikian. Ini artinya juga kasih yang diberikan oleh manusia itu tidaklah sempurna. Ya memang kasih manusia tidak ada yang sempurna. Saya Kembali disadarkan, agar tidak hancur karena kasih yang tidak sempurna itu, saya mesti percaya bahwa sumber segalah kasih adalah kasih Allah itu sendiri. Kasih yang sempurna, tanpa batas, dan tanpa syarat. Kasih seperti ini tidak jauh, karena merupakan anugerah Roh Allah yang bersemayam dalam diri saya. Kasih ini tak lain dan tak bukan merupakan suatu cerminan dari pihak Allah yang adalah Allah yang adil. Dalam tema Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini, gereja juga mau menyadarkan saya bahwa Tuhan adalah Allah yang adil. Nabi Nahum mengungkapkan dan meyakinkan dirinya bahwa Yahweh, Allah Israel, akan bekerja secara berdaulat dan menyatakan kebesaran-Nya serta memiliki perhatian yang penuh kasih kepada orang-orang yang lemah dan tertindas. Demikian pun dalam diri saya yang lemah ini, Allah selalu bekerja untuk menunjukan kebesaran-Nya. Ia tak pernah memandang besar, kecil, kaya, miskin, kuat, dan lemah tidak pernah menjadi tolak ukur untuk menyatakan keadilan-Nya. Keadilan yang Tuhan beri mesti membuat saya meletakan dasar pengharapan saya pada Allah yang adil. Bacaan dari kitab Nahum mengajak saya untuk selalu optimis dalam segalah kesulitan hidup. Berbicara tentang kasih Allah yang adil, saya pun dipanggil untuk menjadi pewarta sabda-Nya kepada banyak orang. Dengan satu pertanyaan dasar yang ditunjukan kepada saya, bagaimana orang lain dapat percaya akan adanya kasih ilahi yang tanpa syarat, kalau sepanjang hidup, mereka mengalami rasa takut, benci, kekerasan, dan hal buruk lainnya? Banyak orang juga di luar sana yang mempunyai pengalaman ditolak, yang mengalami penyiksaan yang mengerikan. Mereka mesti diyakinkan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang malang dan terburuk, dan bahwa mereka pun dicintai oleh Tuhan, karena kasih Tuhan adalah kasih yang tulus dan adil untuk dinikmati oleh semua orang tanpa kecuali. Kasih itu indah dan menghangatkan. Namun, saya perlu mengerti juga bahwa kasih tidak dapat saya landaskan pada perasaan. Mengasihi berarti berpikir, berbicara dan juga bertindak atas dasar pengertian rohani, bahwa saya dikasihi oleh Allah dengan kasih yang tanpa batas dan dipanggil untuk menampakan kasih itu kepada sesama di dunia ini. Dengan menjadi saksi kasih Allah berarti menjadi tanda kehadiran Allah di dunia. Yang saya hayati lebih penting daripada yang saya katakan, karena cara hidup yang benar selalu membuakan kata-kata yang benar. Dengan begitu kasih Allah pun akan dengan sangat jelas terlihat dalam langkah laku hidup ini. Akhirnya saya ingin mengatakan bahwa saya bangga mempunyai Tuhan yang hebat. Ia begitu luar biasa, kasih yang ia berikan tak terbatas dan tak memilah-milah. Segalah sesuatu yang baik selalu berasal dariNya. Dialah Allah Sumber Keadilan. (Fr. Emanuel Mario Mo’a Loba, CSsR)
Berangkat dari realita dan keprihatinan Bapa Paus Yohanes Paulus II yang mengatakan “ Jika kalian menginginkan kedamaian, perjuangkanlah keadilan, jika kamu menginginkan keadilan, belalah kehidupan, jika kamu menginginkan kehidupan, peganglah kebenaran” , Gereja Katolik Indonesia mengambil tema “Allah Sumber Keadilan” sebagai tema BKSN (Bulan Kitab Suci Nasional) 2024. Tema ini ingin menegaskan dan mengingatkan kita bahwa realitas dunia saat ini sedang menghadapi krisis keadilan dimana-mana. Situasi ini mendesak semua orang, juga Gereja untuk ikut ambil bagian menyuarakan keadilan kepada seluruh masyarakat terkhususnya umat Katolik Indonesia. Faktanya, manusia tidak lagi melihat sesamanya sebagai saudara. Banyak orang mulai hanya memikirkan dirinya sendiri. Akibatnya mereka mulai mengalahkan prioritasnya sebagai sesama manusia. Tema BKSN kali ini mengajak kita untuk melihat kembali perjalanan hidup kita yang terkadang selalu mengandalkan kekuatan kita sendiri. Tentu saja setiap pihak memiliki sisi kebenarannya masing-masing. Pihak A memiliki kebenaran A, sedangkan pihak B memiliki kebenaran B. Persis seperti itulah renungan yang ditawarkan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Kita diarahkan untuk melihat kembali dasar yang sesungguhnya dari keadilan itu sendiri, yaitu Allah. Mengapa kekacauan terjadi di berbagai belahan dunia? Karena dunia itu sendiri memiliki sifat berubah-ubah dan tidak stabil. Menurut pandangan saya, saat ini manusia telah menjadi manusia yang memiliki otoritas, minimal bagi dirinya sendiri. Kemudian, masing-masing pribadi mulai memperjuangkan kebenaran dan keinginannya sendiri yang mungkin menjadi penyebab masalah bagi orang lain. Karena berbagai kepentingan pribadi inilah, dunia menjadi kacau dan tak terkendali. Tidak ada patokan kebenaran dan tidak ada keteraturan. Tema “Allah Sumber Keadilan” ingin menjawab kebutuhan dunia yang mendesak. Yang pasti Gereja menghadirkan diri sebagai pembawa harapan. Kitab Nahum dan Habakuk hadir sebagai nabi yang bergulat dengan situasi yang mungkin mirip dengan keadaan dunia saat ini. Kitab ini menawarkan sikap iman yang tepat bagi kita dalam menghadapi masalah. (Fr. Frans,SCJ)
Rabu, 3 September - Jumat, 5 September 2024, merupakan 3 hari yang sangat menggembirakan bagi warga negara Indonesia terkhususnya umat Katolik. Hal itu bukan tanpa sebab, sosok Paus yang merupakan pemimpin agama Katolik seluruh dunia berkesempatan mengunjungi bumi khatulistiwa ini. Bapak Suci Jorge Mario Bergoglio atau yang akrab kita dengar dengan Paus Fransiskus ini mengunjungi Indonesia guna melakukan tour kunjungan Kanonik yang Beliau laksanakan di beberapa negara seperti Indonesia, Papua Nugini, Singapura, hingga Timor Leste. Bapak Suci Paus Fransiskus menempuh perjalanan kurang lebih selama 13-15 jam dengan menggunakan penerbangan komersial, bukan jet pribadi. Kesederhanaannya sudah mulai nampak dari sini. Sebagai salah satu orang yang sangat penting bagi dunia ini, kita patut bertanya-tanya mengapa dia tidak mau menggunakan transportasi yang lebih memadai ketimbang harus melakukan perjalanan yang sangat melelahkan dengan penerbangan yang kurang memadai. Selain itu, Sri Paus juga melakukan berbagai kunjungan dan kegiatan selama di Indonesia. Selama kunjungannya, beliau tidak menggunakan mobil mewah yang harganya “selangit” tetapi lebih memilih mobil yang kebanyakan memenuhi jalan kota Jakarta. Bapak Paus Fransiskus ini seakan-akan mengajarkan kita sebuah ilmu Universal yaitu Kesederhanaan. Pada kesempatan kali ini, Universitas Sanata Dharma Fakultas Teologi Wedabhakti juga mengirim utusannya guna mengikuti rangkaian kegiatan yang akan dilakukan Sri Paus selama berada di Indonesia. Salah satunya adalah Mahasiswa aktif tingkat II yaitu Reinaldo Patricio Tedja dan beberapa mahasiswa tingkat III yang mendapatkan tiket untuk bergabung dalam perayaan ekaristi tersebut. Paus Fransiskus yang menjadi teladan umat Katolik seluruh dunia ini memulai rangkaian kunjungannya dengan bertemu Presiden RI. Dilansir dari berbagai media, Sri Paus menekankan kepada Ir. Jokowi bagaimana menanggapi isu dari berbagai dimensi mulai dari perdamaian, keadilan sosial, dan solidaritas global. Beliau juga sering kali menekankan pentingnya dialog antar bangsa, perlunya melindungi hak asasi manusia, serta tanggung jawab pemerintah untuk melayani rakyat dengan adil dan penuh kasih persaudaraan. “Ini adalah karya keterampilan yang dipercayakan kepada semua orang tetapi, secara khusus kepada mereka yang terlibat dalam kehidupan politik, yang harus memperjuangkan kerukunan, persamaan, rasa hormat atas hak-hak dasar manusia, serta solidaritas dan upaya mencapai perdamaian baik dalam masyarakat maupun dengan bangsa-bangsa serta negara-negara lain” Kata Paus Fransiskus. Beliau juga berpesan agar setiap pelaku politik yang ada di negara Indonesia ini untuk menyeimbangkan kemajemukan budaya dan cita-cita untuk mempersatukan persatuan. Tidak sampai di situ saja, kedatangan Paus Fransiskus juga bertujuan untuk memperkuat hubungan antara Vatikan dan komunitas Katolik di Indonesia, serta mendorong dialog antarumat beragama di negara dengan populasi muslim yang cukup besar ini. Tujuan dari dialog antarumat beragama ini bisa kita simpulkan sebagai cara Beliau meningkatkan dialog antaragama demi menghapus prasangka dan menumbuhkan suasana saling percaya terutama pada zaman dewasa ini yang sering kali muncul gerakan ekstrem radikalisasi berbau kepercayaan. Kedatangan Sri Paus di Masjid Istiqlal Jakarta juga disambut hangat oleh Imam besar Nasaruddin Umar dengan memberikan bunga dan dialuni dengan tabuhan marawis yang menggema ditengah-tengah keramaian itu. Setelah itu mereka mengunjungi “Terowongan Silahturahmi” yang menghubungkan Masjid Istiqal dengan Gereja Katedral Jakarta. Paus juga memberkati terowongan itu dan berkata bahwa tempat itu sebagai simbol memperkuat persaudaraan beragama di Indonesia. Kunjungan itu diakhiri dengan momen haru ketika Imam besar Nasaruddin mencium kening Sri Paus sebanyak dua kali dan dibalas olehnya dengan mencium tangan imam besar sebanyak dua kali pula. Momen itu seakan-akan menyadarkan kita betapa indahnya kerukunan antarumat beragama tanpa adanya sinis yang menjatuhkan satu sama lain. Rangkaian kegiatan Paus Fransiskus di Indonesia ini ditutup dengan Perayaan Ekaristi agung yang dipimpin langsung olehnya yang bertempat di Stadion Gelora Bung Karno. Perayaan Ekaristi ini diikuti oleh banyak sekali umat beragama Katolik dan para imam dari berbagai pelosok nusantara. Dalam perayaan ini Sri Paus berpesan agar umat Katolik di Indonesia tidak mudah menyerah dalam menjalani kehidupan bahkan saat tidak memiliki apapun. Beliau juga mengutip kata-kata Santa Teresa dari Kalkuta sebagai contohnya teladan buat umat yang mengikuti ekaristi itu. “Ketika kita tidak memiliki apapun untuk diberikan, hendaklah kita memberikan ketiadaan itu dan ingatlah, bahkan ketika kamu tidak menuai apa-apa, jangan pernah lelah menabur”, ujar Paus. Beliau juga sangat mengagumi keberagaman Nusantara mulai dari budaya hingga kepercayaan beragama dan berkata “Jangan pernah lelah berlayar dan menebarkan jalamu, janganlah lelah bermimpi dan membangun lagi sebuah peradaban perdamaian! Beranilah selalu untuk mengimpikan persaudaraan! Dengan bimbingan Sabda Tuhan, saya mendorong anda semua untuk menaburkan kasih, dengan penuh keyakinan menempuh jalan dialog dan terus memperlihatkan budi serta hati dengan senyum khas yang membedakan anda untuk menjadi pembangun persatuan dan perdamaian. Dengan demikian anda akan menyebarkan aroma harapan di sekeliling anda,” lanjut Paus. Pesan Sri Paus itu menyadarkan kita bagaimana caranya menjadi laskar Kristus yang baik di tengah keberagaman agama di negara kita ini. Kunjungan Paus Fransiskus ini seakan-akan memberikan angin segar baru bagi negara kita. Dialognya bersama para pembesar negara dan para pemuka agama juga memiliki pesan yang patut kita resapi dalam hati kita masing-masing. Keteladanan yang Beliau bawa dari Vatikan juga membawa kita pada pokok iman dan cerminan hidup sosial yang juga patut kita teladani dalam menghadapi kehidupan dalam keberagaman negara kita tercinta ini. Partisipasi dari berbagai umat beragama saat Sri Paus mengadakan kunjungan Kanonik dinilai sudah sangat baik dan tanpa kendala apapun bahkan hingga Beliau melanjutkan perjalanannya menuju Timor Leste. Sebagai penutup saya mengutip pesan dari Bapak suci Paus Fransiskus saat merayakan Ekaristi. “Jadilah pembangun harapan, pengharapan injil, yang tidak mengecewakan melainkan membuka kita menuju sukacita tanpa akhir”.(Marselinus Karlitos dan Yohanes Dakruz Gela)