AKTUALITA

The Future of Faith: Exploring the Dispute and Legacy of the Nicean Council in Asia

Peringatan 1700 Tahun Konsili Nicea
Kamis, 27/03/2025, Fakultas Teologi Wedabhakti-Universitas Sanata Dharma (FTW-USD) kembali mengadakan seminar internasional (TheoiCon 3) dengan  tema The Future of Faith: Exploring the Dispute and Legacy of the Nicean Council of Asia. Agenda tahun dari FTW ini dihadiri oleh seluruh civitas academika FTW-USD dan terbuka pula bagi orang lain melalui siaran langsung di akun YouTube FTW. Bentuk penyelenggaraan seminar TheoiCon 3 ini melalui daring dan tidak memungkinkan untuk diadakan secara langsung karena rata-rata pematerinya berasal dari luar negeri dan juga luar kota Yogyakarta, selain Rm. Agus Widodo, Pr yang mengajar di FTW-USD.

Ada pun pemateri kali ini adalah Prof. Dr. Markus Schmidt, SJ dari Universitas Innsbruck, Autria; Dr. Patrick Nogoy, SJ dari Loyola School of Theology Ateneo de Manila University, Philippines; Dr. Thomas Kristiatmo, S.S., M.Hum., STL dari Parahyangan University, Bandung – Indonesia; dan Dr. Agus Widodo, M.Hum dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta – Indonesia. Moderator seminar tahun ini adalah Fr. Popo, SJ dan Fr. Calvin, SJ, Mahasiswa S2 Fakultas Teologi Wedabhakti – Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Seminar kali ini dibagi menjadi dua sesi dengan masing-masing sesi terdiri atas dua pemateri dan satu moderator. Sesi pertama dimoderatori oleh Fr. Popo dan sesi kedua dimoderatori oleh Fr. Calvin.

Seminar Internasional TheoiCon 3 2025 ini diawali dengan doa oleh Fr. Popo dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari Prof. Dr. C.B. Mulyatno, Pr selaku dekan Fakultas Teologi Wedabhakti-Universitas Sanata Dharma. Rm. Mulyatno menyampaikan bahwa tujuan seminar kali adalah untuk merayakan bersama peringatan konsili Nicea di tengah keragaman spiritulitas. Ia berharap semoga melalui seminari kali dapat memberikan inspirasi dan sekaligus sebagai bahan refleksi bersama di tengah pluralitas agama di Asia. Fr. Popo juga memberikan kesempatan kepada Dr. A. Bagus Laksana, SJ selaku rektor Universitas Sanata Dharma untuk memberikan sepata dua kata di awal seminar tahun ini. Rm. Bagus memberikan pesan bahwa Konsili Necea adalah sebagai model dan warisan iman hingga saat ini dan konsili Necea terus menyapa kita hingga saat ini.

Seminar tahun ini dikhususkan untuk pembahasan Konsili Nicea yang sudah berusia 1700 tahun. Konsili Nicea dimulai tahu 325 dan persoalan pokok yang dibahas dalam konsili tersebut adalah keilahian Tuhan Yesus. Di tahun FTW-USD sengaja mengangkat tema tentang konsili nicea dengan maksud meneropong dampak dari konsili Nicea di Asia, khususnya di bidang perkembangan teologisnya dan juga berkaitan dengan dialog antar agama.

Sesi pertama diisi oleh Prof. Dr. Markus Schmidt, SJ yang membahas mengenai ‘Arius’ Christology and the Question of Redemption dan dilanjutkan oleh  Dr. Agus Widodo, M.Hum dengan tema Nicene Council: a Crucial Process in The Formation of Christian Doctrine and Ecclesiastical Discipline. Sesi pertama diakhiri dengan diskusi yang menarik.

Sesi kedua diisi oleh Dr. Patrick Nogoy, SJ dengan tema Why the Council of Niceaea Still Matters for Asian Trinitarian Ontology.   Dilanjutkan oleh Dr. Thomas Kristiatmo, S. S., M.Hum., STL. dengan tema The Council of Nicaea and the Import of Dialectic in a Synodal Process Regarding the Council of Nicaea through the Thoughts Bernard Lonergan. Sesi kedua juga diakhiri dengan diskusi hangat.

Di hari yang kedua (Jumat, 28/03/2025) TheoiCon ke 3 dilajutkan dengan presentasi paralel. Pada hari ini ada 55 paper yang dipresentasikan oleh para peneliti, dosen dan mahasiswa dari berbagai negara. Paper-paper tersebut dibagi ke dalam 9 ruangan sesuai dengan tema masing-masing, mulai dari kajian tentang Konsili Nicea itu sendiri sampai dengan tema-tema kontekstual.

Salah satu presenter dari Vietnam, Tran Duc Anh, OCD, memaparkan hasil penelitiannya dengan judul “Exploration of the spiritual journey toward the Divine in Song of Songs 3:1-4 and Saint John of the Cross’s Spiritual Canticle in stanza 3.”

Tran memulainya dengan sebuah abstrak yang menjelaskan Kitab Kidung Agung telah lama ditafsirkan sebagai perayaan cinta manusia dan sebagai kiasan cinta Tuhan yang mendalam bagi umat-Nya. Kitab ini unik karena dengan berani memuji cinta romantis dan fisik, yang sering kali digambarkan sebagai metafora untuk persatuan spiritual yang mendalam antara yang ilahi dan manusia. Kitab ini juga menggambarkan perjalanan manusia menuju Yang Ilahi, khususnya yang diungkapkan dalam Kidung Agung 3:1-4. Dalam Bait 3 dari Kidung Rohaninya, Santo Yohanes dari Salib secara mendalam terlibat dengan tema ini, menawarkan interpretasi mistis yang beresonansi secara mendalam dengan pencarian spiritual yang digambarkan dalam Kidung Agung 3:1-4. (Fr. Fallo, SCJ dan Jhonas Gela).

Informasi lebih lanjut:

YouTube: https://www.youtube.com/live/s_Dp0hl1oBg?si=KMjSP1zR6wXydYBj

Website: https://e-conf.usd.ac.id/index.php/theoicon/theoicon2025/index

  Kembali
Lihat Arsip