Berita

PERSIAPAN KAUL KEKAL SCJ ZONA ASIA: How to Live Out the Apostolic Dimension of Religious Vows in Asia

23 Januari 2025

Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) memulai misinya di Asia sejak tahun 1923, dengan kehadiran awal yang berpusat di Indonesia. Pada tahun 1995, SCJ memperluas pelayanannya ke Filipina, India, dan Vietnam.

Seorang Dehonian muda diterima sebagai anggota penuh kongregasi melalui kaul kekal, yaitu janji seumur hidup untuk mengabdikan diri kepada Tuhan dan Gereja. Sebelum mencapai tahap ini, seorang calon harus hidup bersama komunitas SCJ setidaknya selama lima tahun. Dalam periode ini, mereka menghayati kaul-kaul religius, hidup berkomunitas, mengikuti pendidikan formal dalam Filsafat dan Teologi, serta terlibat dalam proses pembinaan yang mendalam.

Kaul kekal hanya dapat diikrarkan setelah calon melewati proses panjang yang mencakup pendampingan intensif dan berbagai penilaian. Sebelum prosesi tersebut, Dehonian dari zona Asia berkumpul untuk melakukan refleksi bersama selama satu bulan di Vietnam, yang diakhiri dengan retret selama tujuh hari.

Persiapan bersama ini diadakan secara bergilir di Indonesia, Filipina, Vietnam, dan India. Tujuan utama dari persiapan ini adalah memperluas wawasan tentang kehidupan religius, meningkatkan kolaborasi pastoral, serta memperdalam pemahaman mengenai warisan Pater Dehon, teologi hidup membiara, eklesiologi, psikologi, dan pastoral.

Pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian dari persiapan kaul kekal diadakan di rumah pendidikan SCJ di Ho Chi Minh City, Vietnam. Program ini diikuti oleh 18 Dehonian yang berasal dari Indonesia, Filipina, India, dan Vietnam. Selama lima hari pelaksanaan, kegiatan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi utama untuk memfasilitasi interaksi lintas budaya.

Kegiatan berlangsung setiap hari dengan jadwal yang terstruktur. Para peserta bekerja mulai pukul 08.00 hingga 10.00, kemudian istirahat selama 30 menit. Setelah itu, pendampingan dan sesi presentasi dilanjutkan dari pukul 10.30 hingga 12.30. Pada sore hari, mereka melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau menyelesaikan pekerjaan harian.

Para peserta dibagi menjadi lima kelompok kerja. Setiap kelompok menerima teks berupa artikel atau buku yang relevan untuk dipelajari. Mereka diminta membuat ringkasan dari materi tersebut dan mempresentasikan hasil kerja mereka kepada kelompok lainnya. Proses ini mendorong keterlibatan aktif sekaligus memperdalam pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari.

Selama kegiatan, para peserta diajak untuk melakukan refleksi kritis dengan menekankan "Ordinary Theology," yakni upaya menjadikan teologi sebagai refleksi hidup sehari-hari yang relevan dan bermakna. Pendekatan ini menjadi bentuk nyata kontribusi hidup bakti bagi Gereja Asia, yang kaya akan keragaman budaya dan tantangan pastoral.

Kembali