FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Nasionalisme VS Fanatisme Dalam Sejarah Sepak Bola Indonesia

Fanatisme yang terlalu tinggi dalam membela daerah sering kali menjadi pemicu kerusuhan antar suporter sepak bola. Klub-klub sepak bola yang bertanding merupakan klub-klub yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sehingga klub yang bertanding memiliki tugas yang berat yakni membawa nama daerah masing-masing dalam kancah nasional. Hal inilah yang menjadikan beberapa klub daerah menginginkan kemenangan, supaya tidak diejek sebagai klub daerah yang rendahan.

Bentrokan antar suporter terjadi kembali dan menghiasi kompetisi Liga Indonesia yang sudah bergulir dalam hitungan bulan ini. Bentrokan antara suporter pendukung Persiba Bantul dengan Persis Solo terjadi pada Minggu (7/5) yang lalu. Bukan untuk yang pertama kalinya bentrokan terjadi, namun sudah berulang-ulang kali. Akibatnya pada Minggu malam itu yang sedianya orang menikmati hiburan rakyat justru menjadi malam yang mencekam.

Olahraga sepak bola sejatinya merupakan olahraga rakyat bahkan orang juga menyebutnya sebagai hiburan rakyat. Meskipun sepak bola berasal dari kebudayaan barat, namun sepak bola dirasa sudah mendarahdaging dengan rakyat Indonesia. Sepak bola dan rakyat Indonesia menjadi sebuah hubungan yang mesra yang sudah terjalin bahkan pada masa pergerakan Indonesia.

Apabila menarik ke belakang dalam perjalanan sejarah sepak bola Indonesia, olah raga ini menjadi salah satu bentuk penyampaian nasionalisme pada masa pergerakan. Srie Agustina Palupi dalam bukunya Politik & Sepak Bola mengatakan bahwa sepak bola menjadi media yang efektif dalam menyampaikan semangat nasionalisme. Tidak hanya kepada pemain saja tetapi juga kepada para pendukung.

Ketika PSSI sebagai induk organisasi sepak bola dibentuk merupakan bentuk perlawanan terhadap NIVB (Nederlandsch Indische Voetbal Bond) yang merupakan induk organisasi sepak bola bentukan Belanda. NIVB hanya melingkupi klub-klub sepak bola yang berada di Batavia, Bandung, Semarang dan Surabaya. Terjadi kecemburuan terhadap klub-klub daerah yang lain sehingga mereka melahirkan PSSI.

Pada masa itu sepak bola menjadi alat untuk mengumpulkan massa yang besar guna memperjuangkan nasionalisme. Dalam kesempatan latihan maupun pertandingan yang dilakukan oleh klub-klub dibawah naungan PSSI, dimanfaatkan oleh para pemimpin bangsa. Mereka secara diam-diam bertukar pikiran dan saling bertukar informasi tentang candu bernama kemerdekaan. Karena pada masa itu orang tidak berani secara terang-terangan berbicara tentang nasionalisme.

Hal yang menarik pula dalam setiap pertandingan sepak bola yang diadakan oleh klub-klub PSSI, dana yang dikumpulkan setiap pertandingan digunakan untuk membiayai pendidikan bumiputera. Sehingga kumpulan massa yang menonton sepak bola tidak hanya sebagai hiburan saja. Tetapi dana yang dikumpulkan didonasikan untuk pendidikan bumiputera dalam merintis kemerdekaan.

Melihat perjalanan sejarah sepak bola Indonesia menunjukkan bahwa pertemuan antar pendukung klub dalam pertandingan merupakan suatu kesempatan yang paling berharga. Kesempatan dalam menularkan semangat nasionalisme yang dilarang diteriakkan oleh para pemimpin bangsa. Sepak bola menjadi sarana yang paling efektif dalam mendengungkan kemerdekaan.

Begitu terbalik ketika kaum kolonialis sudah lama pulang ke negerinya sekarang. Saat ini sepak bola menjadi sebuah pertarungan antar daerah dalam gelanggang nasional. Meskipun bukan lagi masa pergerakan, tetapi melalui sepak bola masyarakat Indonesia dapat memupuk persatuan. Sebab pernyataan lawan hanyalah terjadi pada 90 menit, tetapi setelah waktu itu habis yang ada hanyalah saudara.

Fanatisme antar daerah tidak perlu didengungkan ketika pertandingan sepak bola. Jadikanlah setiap pertandingan sepak bola sebagai ajang memupuk nasionalisme Indonesia bukan lagi daerah masing-masing. Para pendahulu sudah membuktikan bahwa sepak bola mampu menyatukan mereka dalam nasionalisme, mengapa kita yang sekarang sudah merdeka malah saling menyakiti sesama saudara kita?

Martinus Danang Pratama Wicaksana - Sejarah - Sastra - USD

 

 

 

 

Kembali