FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Karya Seni Mahasiswa Prodi Sejarah Tampil di ARTJOG

Tantular merupakan salah satu karya seni instalasi yang dipamerkan dalam event ARTJOG MMXXIII di Jogja National Museum pada 7 Juli sampai 4 September 2022. Tantular ini merupakan karya Tamarra, mahasiswa Prodi Sejarah Universitas Sanata Dharma angkatan 2018. ARTJOG tahun ini mengangkat tema Expanding Awareness atau memperluas kesadaran. Acara tahun ini juga terlihat menekankan nilai inklusivitas sehingga karya-karya yang ditampilkan pun dikurasi dengan perhatian khusus terhadap keberagaman.
Memasuki ruangan yang khusus untuk menampilkan karya Tamarra, ada beberapa karya yang langsung dapat dinikmati. Beberapa video ditampilkan di dinding-dinding dan karya rajutan yang ditampilkan Tamarra di tengah-tengah ruangan. Ada format pertunjukan wayang, sebuah gunungan yang dibuat melalui berbagai jenis kain dan pakaian yang telah digunting, dipintal, dan dikaitkan satu dengan yang lain tanpa putus. Di atas gunungan tersebut terdapat patung anak kecil yang digambarkan sebagai harapan terhadap generasi muda agar dapat memiliki sikap luwes (lentur) karena keragaman selalu menjadi bagian yang akan terus terpaut dan tak terpisahkan dalam kehidupan, sejalan dengan filosofi hidup yang tersembunyi di pegunungan.
Duabelas video yang ditampilkan Tamarra merupakan hasil dari proyek kolaborasi Tamarra dengan Emma Frankland yang mereka beri nama “Trans Performance Exchange” yang telah didanai penuh oleh British Council Indonesia pada tahun 2019 melalui program “Connections Through Culture”. Karya-karya ini sudah menunjukkan pengalaman dan pengetahuan dari Tamarra yang tidak dapat dilepaskan dari keragaman/kebhinekaan.
Judul Tantular diambil dari nama Mpu Tantular, yaitu seorang pujangga yang hidup pada abad ke-14 di zaman Kerajaan Majapahit dan merupakan pencetus semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang ia tulis dalam kitab Sutasoma. Menurut Tamarra, karya ini adalah usaha untuk memaknai ulang semboyan yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu jua” tersebut yang tampaknya sangat sulit untuk dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat pada zaman sekarang.
Tantular juga bisa diartikan sebagai entitas yang tidak tertular atau dipengaruhi oleh perwujudan lainnya karena melihat situasi masyarakat Indonesia pada saat ini yang umumnya khawatir atau takut “tertular” preferensi kehidupan orang lain yang dianggap tidak sejalan dengan norma konvensional. Hal ini pun menimbulkan bahaya nyata bagi orang-orang yang dianggap dapat “menularkan” hal tersebut dan bertentangan dengan nilai-nilai agama, seperti terjadinya persekusi, diskriminasi, dan marginalisasi yang terjadi bukan hanya dalam ranah personal, tetapi secara luas dan sistemik

Kembali