Berita

Kuliah Umum Pendidikan Anak Luar Biasa bersama Hellen Keller Indonesia

hk 1

Pada hari Sabtu, 27 April 2024 di ruangan Drost kampus III Universitas Sanata Dharma telah terlaksana kuliah umum Pendidikan Anak Luar Biasa yang mengundang sekolah Helen Keller Yogyakarta dengan Ibu Fransiska Krismantarti S.Pd  sebagai narasumber utama. Helen Keller Indonesia yang memiliki singkatan HKI seringkali dimaknai ganda dalam masyarakat. Bu Tanti sebagai pembicara menjelaskan bahwa HK Internasional merupakan lembaga swadaya masyarakat, sedangkan HK Indonesia merupakan lembaga pendidikan yang berfokus dalam membimbing anak dengan gangguan buta-tuli.

hk 2
Bu Tanti sebagai perwakilan HK Indonesia mendeskripsikan bahwa terdapat empat jenis gangguan anak buta tuli, yaitu gangguan pendengaran dan penglihatan sejak lahir, gangguan pendengaran bawaan atau dini dengan gangguan penglihatan yang didapat, gangguan penglihatan bawaan atau dini dengan gangguan pendengaran yang didapat, dan keterlambatan pendengaran dan gangguan pendengaran. Kendati demikian, mayoritas siswa HK Indonesia merupakan anak tuli dengan gangguan penglihatan berupa low vision. Kemudian, dampak signifikan dari situasi gangguan buta dan tuli secara garis besar terletak pada kesulitan mendapatkan informasi, melakukan komunikasi, dan gerak (psikomotor).Keunikan yang dimiliki anak-anak ini digali oleh pihak sekolah dengan melakukan asesmen, lalu dilakukan penetapan Kurikulum Operasional SLB G-AB Helen Keller Indonesia dengan cakupan empat komponen dasar seperti komunikasi, pengembangan diri, bekerja, dan membaca, menulis, serta menghitung, sehingga anak dapat mencapai dan mengembangkan potensinya.

hk 3
Berbagai informasi dan berbagi pengalaman nyata yang disampaikan oleh SLB G-AB Helen Keller Indonesia sangat mendongrak berbagai pengetahuan teoritik yang dimiliki mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Beragam insight yang jarang ditemukan di dalam buku muncul secara istimewa dalam sesi kuliah umum ini. Singkat namun berkesan sungguh menggambarkan kegiatan ini. Adapun para mahasiswa sebagai calon psikolog mendapatkan beragam wejangan khusus terutama dalam aspek asesmen serta intervensi yang dapat dilakukan. Hal ini diperlukan karena berdampak pada kehidupan seseorang yang dalam konteks ini adalah pada pengembangan diri anak berkebutuhan khusus.

( Jeanet dan Dhanes )
kembali