Berita

Chairil Anwar di Balik Hari Puisi Nasional

28-04-2021 01:06:44 WIB 

Sempat terjadi kontroversi di kalangan warganet dan penyair Indonesia tentang Hari Puisi Nasional. Ada pihak yang berpendapat bahwa Hari Puisi Nasional yang benar jatuh pada tanggal 26 Juli dan ada pula yang setuju jika tanggal 28 April.

Bahkan dilansir dari Kumparan.com (28/4/2017), pada tanggal 28 April 2016, sebuah tagar bertulisan "Selamat Hari Puisi Nasional" menjadi trending topik. Kemudian, banyak warganet Indonesia yang menuliskan kalimat-kalimat puitis pada hari itu dengan tagar yang sama.

Namun, manakah tanggal Hari Puisi Nasional yang sebenarnya?

Belum diketahui secara pasti siapa yang pertama kali mencetuskan Hari Puisi Nasional yang jatuh pada tanggal 28 April. Melihat dari sejarahnya, 28 April merupakan tanggal yang sama dengan tanggal wafatnya seorang penyair Indonesia yang cukup terkenal hingga kini, yaitu Chairil Anwar. Chairil Anwar yang termasuk di dalam penyair Angkatan 45 ini meninggal dunia pada tanggal 28 April 1949 di usia yang belum genap 27 tahun.

Artati Sudirjo menulis sebuah kutipan dari buku karya H.B. Jassin yang berjudul Chairil Anwar† Pelopor Angkatan 45 (1956). Ia mengatakan bahwa Chairil Anwar adalah orang yang pertama-tama merintis jalan dan membentuk aliran baru dalam kesusastraan Indonesia. Chairil Anwar dapat dikatakan orang yang memiliki pengaruh terbesar dari Angkatan 45. Sajak-sajak yang ditulis oleh Chairil Anwar mampu menghembuskan jiwa, semangat, dan cita-cita muda. Bukan dalam artian tidak masak atau masih hijau, tetapi dalam arti penuh kehidupan, bergerak, dan menggerakkan (Tirto.id, 28/4/2020).

H.B Jassin dalam bukunya tersebut juga mencatat setidaknya ada 94 tulisan karya Chairil Anwar pada periode 1942-1949. Tulisan-tulisan itu sudah termasuk 70 sajak asli, 4 saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan.

Sebenarnya tidak salah jika orang-orang mengenang kematian pujangga kelahiran Medan ini dengan cara menuliskan kalimat-kalimat puitis di media sosial dan menganggapnya sebagai Hari Puisi Nasional. Karya-karya dan kontribusi yang telah dilakukan oleh Chairil Anwar semasa hidupnya patut dikenang dan diapresiasi sampai kapan pun.

Apalagi di tengah generasi milenial saat ini tidak sedikit yang tertarik dengan dunia sastra. Generasi muda bisa mengambil semangat dan perjuangan yang ditunjukkan oleh Chairil Anwar melalui karya-karyanya.

Chairil Anwar secara totalitas mampu menggeluti dan menghidupkan puisi. Bahkan semangat nasionalisme dalam melawan penjajahan Jepang kala itu. Salah satunya dalam puisinya yang berjudul Siap Sedia.

Dalam puisi itu, Chairil Anwar menggambarkan siksaan Kenpeitai Polisi Rahasia Jepang. H.B. Jassin dalam buku Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (1969), mengutip isi puisi itu, "Kawan-kawan. Mari mengayun pedang ke dunia terang." Dunia terang yang dimaksud oleh Chairil Anwar adalah Jepang. Chairil Anwar ditahan karena puisi ini (Tirto.id, 28/4/2020).

Chairil Anwar mampu membawa aliran baru yang disebut sebagai ekspresionisme. Suatu aliran seni yang menghendaki kedekatan pada sumber asal pikiran dan keinsyafan. Chairil Anwar banyak mendapatkan pengaruh dari penyair-penyair Belanda angkatan sesudah Perang Dunia I. Seperti Marsman, Du Perron, dan Ter Braak (Kompas.com, 28/4/2020).

Melalui karya-karyanya, Chairil Anwar ingin menunjukkan bahwa ia ingin menjadi manusia yang bebas dan merdeka dalam mengeluarkan pendapat dan duduk sejajar dengan manusia lain di dunia ini.

Sementara itu, pernah diadakan deklarasi yang diikuti oleh sejumlah penyair dari seluruh Indonesia untuk menetapkan tanggal 26 Juli sebagai Hari Puisi Nasional. Tanggal ini pun sebenarnya masih ada kaitannya dengan Chairil Anwar. Ia lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.

Deklarasi dan penetapan ini diadakan pada tanggal 22 November 2012 yang dihadiri oleh sekitar 40 penyair di Anjungan Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau. Deklarasi ini didasarkan karena adanya kegelisahan dari seorang penyair senior Indonesia yang bernama Rida K. Liamsi.

Ia merasa bahwa selama ini belum ada tanggal khusus dan pasti yang ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional. Ia pun menyampaikan kegelisahannya kepada teman-teman sesama penyair untuk datang dan mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia. Para penyair itu merasa perlu ada satu hari untuk merayakan dan mengingat puisi di Indonesia.

Salah satu penyair yang datang pada deklarasi itu, yaitu Hasan Aspahani, menjelaskan alasan mereka memilih tanggal kelahiran Chairil Anwar sebagai Hari Puisi Nasional, bukan tanggal kematiannya. Mereka menganggap bahwa tanggal kelahiran lebih pantas dipilih daripada kematian.

Kematian lebih terlihat tragis, tidak punya alamat, miskin, komplikasi penyakit, dll. Mereka juga belajar dari Hari Musik Indonesia yang diambil dari tanggal lahir W.R. Supratman.

Hasan juga mengatakan bahwa mereka ingin Hari Puisi Indonesia bukan sekadar hari untuk merayakan Chairil Anwar, tetapi menjadi hari bagi semua orang yang merawat serta menumbuhkan puisi dan mengembangkan bahasa. Baik itu pencipta, penyair, maupun pembaca (Kumparan.com, 28/4/2017).

Melihat dari sejarah dan tujuan diadakannya Hari Puisi Nasional, kita dapat terus berjuang untuk merawat serta memajukan kesusastraan di Indonesia. Salah satunya lewat puisi. Terlepas dari tanggal 28 April atau 26 Juli untuk merayakannya, hal yang terpenting adalah cara kita untuk menghargai dan mempertahankan karya sastra yang berupa puisi.

Sebenarnya banyak generasi muda yang memiliki bakat untuk menulis puisi. Salah satu buktinya adalah ketika mereka membuat tulisan di media sosialnya. Mereka dapat menulis kalimat-kalimat yang indah dan penuh makna serta gaya bahasa ketika sedang patah hati, marah, kecewa, dan bahagia.

Hanya saja mereka menulisnya di saat tertentu dan menganggap hal itu adalah sesuatu yang sementara saja. Bahkan ada beberapa pihak yang menganggap orang-orang yang suka menulis kalimat-kalimat puitis itu berlebihan dan memalukan.

Padahal, hal itu sebenarnya menjadi potensi besar pada generasi muda untuk belajar dan berkarya lebih jauh dalam membuat puisi. Sebagai orang-orang yang belajar di dunia sastra, khususnya mahasiswa di Fakultas Sastra.

Sebaiknya kita harus terus mengasah bakat kita dalam menulis puisi. Puisi dapat menjadi sarana kita dalam mengungkapkan perasaan, menyampaikan kritikan, dan sebagai bentuk rasa hormat kita kepada para penyair Indonesia. Mereka yang semasa hidupnya berusaha memperkenalkan dan mengembangkan puisi di Indonesia. Salah satunya adalah Chairil Anwar.

Penulis: Stevanny Yosicha Putri

 

 

 

 

 kembali