Berita

Mencintai Bumi dan Alamnya Lewat Sastra

26-04-2021 01:07:55 WIB 

Bumi adalah rumah kita. Selain itu, bumi adalah ibu—sang penyedia kehidupan yang memiliki berbagai sumber daya yang bermanfaat untuk menopang kehidupan manusia. Manusia adalah bagian dari bumi, tetapi di bumi ini, manusia tidak bisa hidup tanpa lingkungan alam yang juga merupakan unsur pembangun kehidupan. Manusia membutuhkan lingkungan alam untuk tetap lestari. Oleh sebab itu, sudah seharusnya manusia merawat alam sebagai upaya dalam pelestarian diri.

Tanggal 22 April diperingati setiap tahun sebagai Hari Bumi. Hari Bumi ada sebagai pengingat akan hari lahir gerakan lingkungan modern pada tahun 1970. Dikutip dari artikel yang dimuat dalam PikiranRakyat.com,  Hari Bumi pada 1970 menyuarakan kesadaran publik yang muncul tentang keadaan planet kita.

Pada perayaan Hari Bumi di setiap tahun, orang-orang yang sadar akan arti penting lingkungan melakukan kampanye dalam berbagai bentuk untuk mengingatkan sesama bahwa bumi membutuhkan perawatan dari manusia. Namun, di luar tanggal tersebut, kita jangan sampai menghilangkan kesadaran untuk merawat bumi dengan cara merawat lingkungan alamnya.

Berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk merawat alam sekitar. Para ahli dalam bidang sains berlomba-lomba untuk menciptakan teknologi yang mampu berjalan selaras dengan alam.

Lalu, di bidang ekonomi sedang digiatkan sistem ekonomi hijau, yakni sistem ekonomi ramah lingkungan yang diharapkan mampu mengurangi risiko kerusakan ekosistem. Lantas, bagaimana cara orang-orang yang “bernapas” dalam bidang sastra memberikan kontribusinya untuk merawat bumi?

Sebelum membahas jawaban dari pertanyaan perihal cara orang-orang sastra memberikan kontribusinya untuk merawat bumi, pernahkah Anda menonton film dengan aliran fiksi ilmiah? Pernahkah Anda membaca novel atau cerpen yang mengangkat tema-tema dari aspek ekologis?

Apabila Anda pernah menyelam dalam karya-karya yang beraliran fiksi ilmiah atau karya yang mengangkat persoalan lingkungan dan Anda mendapatkan makna serta inspirasi dari karya yang dinikmati, berarti Anda telah menemukan kontribusi sastra dalam upaya menyelamatkan alam.

Karya sastra merupakan representasi kehidupan manusia. Berbagai macam konflik dan permasalahan dapat dituangkan di dalamnya, termasuk permasalahan lingkungan.

Dalam usaha menjaga lingkungan alam dari kerusakan, para pegiat yang berkecimpung di dunia sastra dapat menuangkan ide, keresahan, kritik, dan aspirasinya mengenai isu-isu lingkungan ke dalam karya dengan harapan para pembaca atau penikmat karya sastra dapat menyadari bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja akibat ulah manusia. Secara tersirat, karya sastra dengan sentuhan ekologis ingin mengajak pembaca untuk terjun menyelamatkan lingkungan.

 

Bagaimana Mahasiswa Sastra Indonesia USD Menunjukan Cintanya Terhadap Bumi?

Pada April 2019 silam, salah satu Unit Kegiatan Program Studi (UKPS) Sastra Indonesia USD, yakni Bengkel Sastra, mengadakan Panggung Kesenian Mahasiswa (PAKEM) dalam rangka memperingati Hari Bumi. Panggung kesenian yang diadakan memiliki tema “Selamat Hari Bumi, Selamatkan Ibu Bumi”. Dilansir dari laman resmi USD, PAKEM yang diadakan di Taman Beringin Soekarno tersebut diadakan dengan tujuan menyadarkan mahasiswa untuk melindungi lingkungan yang dapat dimulai dari ruang lingkup kecil seperti di kampus.

Selain peringatan Hari Bumi melalui PAKEM yang diadakan oleh mahasiswa Sastra Indonesia USD, dalam bidang akademik, mahasiswa Sastra Indonesia juga diajari untuk berpikir kritis melalui mata kuliah Teori Sastra dan Kajian Sastra. Dalam mata kuliah Teori Sastra, mahasiswa diajak untuk memahami teori-teori yang berhubungan dengan ekologis, yakni teori ekokritik dan ekofeminisme.

Ekokritik adalah suatu perspektif dalam sastra yang mengkaji karya sastra dan kaitannya dengan lingkungan. Ekokritik berusaha menganalis sastra dari sudut pandang lingkungan. Lalu, ekofeminisme adalah teori yang mengkaji karya sastra dari sudut pandang relasi antara perempuan dengan lingkungan alam.

Kemudian, pada mata kuliah yang merupakan lanjutan dari mata kuliah Teori Sastra, yaitu Kajian Sastra, mahasiswa akan membaca karya-karya sastra berupa cerita pendek atau puisi yang mengangkat persoalan lingkungan. Setelah itu, mahasiswa akan melakukan kajian terhadap karya sastra yang dipilih untuk dikaji dengan perspektif ekokritik dan ekofeminisme.

Lewat proses tersebut, mahasiswa akan memahami bahwa bumi sedang membutuhkan perlindungan dan pemulihan. Mahasiswa Sastra Indonesia harus membuka mata terhadap kerusakan alam dan dampaknya pada pemiskinan serta penderitaan yang dialami oleh kaum perempuan.

Dari pembelajaran itu pula, mahasiswa diharapkan dapat berpikir kritis terhadap isu lingkungan dan mewujudkan buah hasil berpikirnya dalam menjalani kehidupan dengan ikut serta menjaga “ibu bumi” yang dimulai dari lingkup terkecil.

Kita bisa mencintai bumi lewat sastra, baik melalui karya yang dibaca atau ditulis, dari inspirasi setelah menonton film atau pertunjukan, dan lewat teori-teori sastra yang mampu membuka mata serta menggerakan diri untuk melihat bumi dari sudut bumi yang rusak sehingga kita bisa menjaga kelestarian semua. “Merawat sastra, merawat alam”.

Meskipun sudah terlambat, tidak ada salahnya diucapkan, “Selamat Hari Bumi!”

 

Penulis: Maria Gelvina Maysha

 

 

 

 

 

 

 kembali