Berita

Spirit Mempelajari Bahasa dari Penyandang Tuli

04-03-2021 01:09:59 WIB 

Bagi Phieter (30), mempelajari bahasa itu sangat penting. Sebab, bahasa merupakan hasil budaya manusia yang tidak berhenti berkembang dan penuh makna. Jika tidak ada bahasa, manusia tidak ada.

Phieter Angdika atau kerap kali disapa Phieter menjadi salah satu lulusan strata satu program studi (prodi) Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Pada 22 Januari 2021, ia dinyatakan lulus dengan menjalani masa studi selama 3,5 tahun sejak tahun 2017. Sebagaimana calon mahasiswa yang hendak masuk ke perguruan tinggi, anak sulung dari tiga bersaudara ini memiliki alasan mengapa ia memilih prodi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma sebagai tempat mengenyam pendidikannya.

“Karena USD (Universitas Sanata Dharma) ada aksesibilitas untuk disabilitas, bisa untuk semua umur, dan (prodi) Sastra Indonesia ada mata kuliah linguistik yang berhubungan dengan pekerjaan,” ujarnya, Senin (1/2/2021).

Peneliti muda bahasa Isyarat di Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Departemen Linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan (FIB) Universitas  (UI) ini menuturkan, di samping alasan tersebut, ada hal yang membuatnya semakin tertarik ketika duduk di bangku perkuliahan. Ia menceritakan banyak teman-teman sekelasnya yang tertarik belajar bahasa Isyarat sehingga dapat berkomunikasi dengan Phieter sebagai penyandang disabilitas Tuli.

Phieter pun menambahkan dosen-dosen prodi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma memiliki perhatian pada kondisinya. Ia memberikan contoh ketika kesulitan mengikuti tes. “Misalnya, ada (mata kuliah) fonologi (yang membutuhkan) suara, saya pindah alih tes tertulis,” ucapnya ketika dihubungi melalui WhatsApp.

Selama berkuliah, Phieter aktif mengikuti kegiatan nonakademik di kampus, baik di tingkat prodi maupun universitas. Ia bergabung sebagai pengajar guru bahasa Isyarat di Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus. Selain itu, ia bergabung di Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia sebagai peneliti dan pengembangan periode 2018/2019.

Selain aktif berkegiatan di kampus, pria kelahiran Jakarta ini juga giat berkegiatan di luar kampus. Phieter menuturkan, ia mengajar bahasa Indonesia untuk anak-anak Tuli. Ia pun turut mengikuti pertemuan bersama teman-teman Tuli dan orang tua yang memiliki anak-anak Tuli.

Sebagai pemerhati ketulian, Phieter menunjukkan perhatiannya dengan membuat penelitian skripsi dengan tajuk “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Tertulis yang Digunakan Komunitas Tuli”. Dalam penelitiannya, ia mengkaji kesalahan berbahasa Indonesia dalam media tulis yang digunakan oleh komunitas Tuli.

“Saya memilih topiknya karena kebanyakaan bahasa Indonesia ditulis Tuli yang terbolak-balik dan tidak sesuai kaidahnya”, tegas Phieter.

Selepas lulus dari perguruan tinggi swasta yang terletak di Yogyakarta tersebut, kini Phieter aktif sebagai peneliti muda bahasa Isyarat di LRBI FIB UI. Di samping itu, ia juga aktif sebagai guru pengajar bahasa Isyarat dan membantu para orang tua yang memiliki anak Tuli. Phieter juga memiliki rencana untuk melanjutkan studi strata dua di prodi Bahasa Isyarat, Universitas Gallaudet, Washington, Amerika Serikat.

Spirit Phieter untuk mempelajari bahasa tidak hanya sampai di sini. Semangatnya yang kuat itu, ia perlihatkan dengan pengadiannya pada bahasa Isyarat dan ketulian. Phieter mengatakan, alasan penting ia mempelajari bahasa karena bahasa merupakan bagian dari umat manusia.

“Bahasa mengekspresikan apapun dari umat manusia untuk menyambungkan nyawa hidup,” ujarnya

 

Penulis: Leonardus Ardi Agung Prasetyo Nugraha

 kembali