Berita

Berpikir Lurus sebagai Animale Rasionale dengan Logika Bahasa

04-03-2021 01:10:56 WIB 

Berbahasa memiliki kedekatan dengan aktivitas berpikir karena sejatinya bahasa dapat digunakan sebagai sarana berpikir dan sarana mengungkapkan pikiran. Manusia berpikir dengan bahasa dan mengomunikasikan pikirannya juga menggunakan bahasa. Supaya pikiran yang hendak diutarakan dengan bahasa tersebut tertata dengan rapi dan sistematis, manusia membutuhkan logika.

Judul      : Logika (Penelitian) Bahasa
Penulis   : I. Praptomo Baryadi
Editor     : I. Praptomo Baryadi 
                 Dra. Y. Niken Sasanti, M.Pd.
Penerbit  : Mega Cakrawala
Proof       : Teguh Wirawan
Layout     : A. Jamroni
Cover      : ABK.Indonesia
Ukuran    : 15.5 x 23 cm, xii+96 Hlm
ISBN       : 978-623-95431-5-0

Kata logika dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari kata logic dalam bahasa Inggris. Kata logic sendiri berakar dari kata logike dalam bahasa Yunani yang bermakna ‘akal’. Artinya, logika membantu manusia untuk menggunakan akal budinya.

Buku Logika (Penelitian) Bahasa karya I. Praptomo Baryadi, guru besar linguistik di Prodi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, ini bisa menjadi panduan berpikir logis dengan bahasa. Buku ini memberi pedoman perihal logika dalam berbahasa sekaligus logika dalam penelitian bahasa.

Sebelas bab dalam buku ini berisi penjelasan tentang pengertian logika bahasa, proposisi dan jenis kebenaran di dalamnya, berpikir deduktif serta induktif, identifikasi dan klasifikasi data, analisis bagian atau analisis unsur, perbandingan dan analogi, membuat definisi, menarik kesimpulan dengan silogisme, dan bab terakhir yang akan mengajarkan kepada pembaca bagaimana membuat argumentasi logis.

Pada bab permulaan dalam buku terdapat penjelasan menarik mengenai manusia dan eksistensi akal. Manusia adalah makhluk yang berakal. Manusia memiliki kemampuan berpikir taraf tinggi dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh hewan. Keistimewaan demikian yang menjadi pembeda antara manusia dengan binatang.

Kemampuan daya pikir menjadikan manusia sebagai makhluk yang mampu memahami realitas, berdaya imajinasi, memiliki ilmu pengetahuan serta nalar untuk mempertimbangkan apa yang benar dan apa yang salah. Oleh sebab itu, manusia lazim didefinisikan sebagai makhluk berakal budi atau animale rasionale (halaman 2).

Dalam buku ini dibahas bagaimana hubungan berpikir dan berbahasa. Sebagai objek yang dikaji dalam buku, tentu saja linguistik menjadi pemeran tunggal yang disorot. Tulisan dalam buku akan menjawab bagaimana hubungan bahasa dengan pikiran serta esensi keduanya bagi manusia, dan bagaimana bahasa diterapkan dalam ruang sosial yang disebut sebagai “bahasa ke luar” yang keberadaannya untuk didengar atau dibaca oleh manusia lain.

Di samping itu, bahasa juga bersifat individual atau dikenal sebagai “bahasa ke dalam”, yang suaranya menggema di dalam batin. Lalu, fokus utama dalam buku ini berbicara mengenai logika bahasa beserta tujuannya untuk memberikan pengetahuan tentang prinsip berpikir lurus yang diterapkan dalam proses penelitian bahasa dan proses perumusan hasil penelitian bahasa.

Bahasa sebagai salah satu identitas bagi manusia merupakan anak dari pemikiran, sekaligus juga sejajar, saling melengkapi dan bekerja sama dengan akal budi itu sendiri dalam proses berpikir sehingga tercipta ide atau gagasan dalam bentuk dan tujuan lain. Entitas tersebut turut bernyawa dan terarah karena manusia berlogika.

Selain itu, bahasa juga dinilai sebagai penemuan manusia yang paling hebat. Dengan mengenal bahasa, manusia memiliki kemampuan berkomunikasi antar sesama sehingga kita mengenal dunia seperti yang kita persepsikan hari ini melalui lisan dan tulisan. Dengan bahasa pula manusia bisa mengekspresikan hasil dari kegiatan berpikirnya yang menjelma dalam rumusan hasil penelitian bahasa.

Namun, upaya dalam mengungkapkan hasil pemikiran tidak dapat dilakukan dengan sembarang.  Proses tersebut harus dilakukan dengan mematuhi kaidah-kaidah berbahasa dan prinsip berpikir lurus sebagai representasi dan perwujudan dari manusia yang berpikir.

Di samping itu, sebelum hasil pemikiran dirumuskan, manusia hendaknya melakukan sebuah tahap lain terlebih dahulu. Tahap tersebut adalah  proses penelitian yang di dalamnya terdapat upaya seperti mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menganalisis, membuat perbandingan, dan menyimpulkan.

Hal tersebut diuraikan seperti yang ditulis pada halaman 5, “Pengungkapan pikiran bukan sekadar mengekspresikan pengetahuan seseorang, melainkan sebagai sosialisasi atau penyebarluasan pengetahuan. Pikiran yang akan diungkapkan itu harus ditata lebih dulu dalam batin dengan bahasa ke dalam. Pengungkapan pikiran itu terikat oleh kaidah penggunaan bahasa berupa kaidah ejaan, kata, kalimat, paragraf, dan wacana.”

Pedoman dan prinsip-prinsip berpikir lurus guna merumuskan hasil penelitian, khususnya penelitian bahasa sebagai objek dalam buku ini dituangkan oleh Baryadi dalam  bab-bab berikutnya. Sebagai contoh wujud konkret dari berpikir lurus, buku ini eksis dan siap memberi pengetahuan kepada pembaca melalui tulisan agar senantiasa berpikir lurus.

Selamat membaca dan menemukan kiat-kita berpikir lurus dengan bahasa.

 

Penulis: Maria Gelvina Maysha

 kembali