Berita

Mendaki “Gunung” Sastra dan Jurnalistik

01-03-2021 01:13:46 WIB 

Tok… Tok… Tok… Suara pintu kaca sebuah ruangan berbunyi. Tidak lama kemudian, masuklah seorang pemuda ke dalamnya. Ia menyapa orang-orang yang sudah lebih dahulu berada di ruangan itu. Ia duduk di salah satu sudut ruangan. Ada beberapa majalah yang berserakan di depannya. Lalu, ia mengambil salah satunya dan mulai membukanya. Agung, begitulah ia disapa. Hari itu adalah hari pertama ia mengikuti pertemuan sebuah unit kegiatan mahasiswa tingkat prodi.

Pemuda yang memiliki nama lengkap Albertus Agung Prabowo ini merupakan salah satu mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia secara resmi aktif menjadi mahasiswa di program studi ini sejak tahun 2019.

Sebelum memutuskan untuk berkuliah di jurusan Sastra, sebenarnya ia berkeinginan untuk kuliah di jurusan Kehutanan. Ia menjelaskan alasan akhirnya memilih jurusan sastra.

”Katanya pelajarannya gak ribet gitu. Dulu mah gak terlalu suka sastra. Cuma sudah kadung nyemplung kan,” kata pemuda asal Lampung ini.

Ia mendapatkan rekomendasi dari teman-temannya yang sudah lebih dahulu berkuliah di Prodi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

 

Bergabung dengan Bengkel Jurnalistik

Setelah menjadi mahasiswa Sastra Indonesia, ia pun tertarik untuk bergabung dengan salah satu organisasi mahasiswa di prodi ini, yaitu Bengkel Jurnalistik. Ia berharap bisa lebih belajar tentang jurnalistik melalui organisasi ini. Kegiatan utama organisasi mahasiswa ini adalah pembuatan majalah yang bernama ”Karsa”. Saat awal bergabung, Agung menjadi salah satu redaktur di majalah ini. Ia berusaha menjalankan tugasnya dengan baik sambil menyesuaikan diri dengan teman-teman di Bengkel Jurnalistik lainnya.

Setelah beberapa waktu ia bergabung dalam Bengkel Jurnalistik, pandemi virus corona masuk ke Indonesia. Selain menyebabkan kegiatan perkuliahan dialihkan menjadi daring, seluruh organisasi  mahasiswa juga terpaksa dijalankan secara daring.

Hal ini menjadi tantangan baru bagi Agung dan teman-temannya di Bengkel Jurnalistik. Agung dan teman-temannya harus tetap menjalankan kegiatan pembuatan majalah Karsa dan beberapa tulisan di media sosial. Mereka melakukannya dengan berkoordinasi secara daring.

 

Terpilih sebagai Ketua Bengkel Jurnalistik

Ketika tiba saatnya Bengkel Jurnalistik harus melakukan pergantian pengurus, Agung menjadi salah satu kandidat ketua Bengkel Jurnalistik yang baru. Pemilihan langsung dilakukan melalui rapat daring dengan mencari suara terbanyak. Setelah dilakukan pemilihan, akhirnya Agung mendapatkan suara terbanyak dan terpilih menjadi ketua Bengkel Jurnalistik tahun 2021. Kini, Agung memiliki tanggung jawab besar dalam menjalankan Bengkel Jurnalistik bersama pengurus dan anggota lainnya.

”Aku gak mau membuat kaku sebagai organisasi gitu. Aku melihatnya sebagai sebuah paguyuban yang punya semangat belajar bersama-sama,” ujar anak sulung dari dua bersaudara ini.

Sebenarnya berada dalam posisi saat ini adalah pengalaman baru dan berharga bagi Agung. Bahkan Agung sebenarnya memiliki hobi mendengarkan musik dan mendaki gunung. Agung sering mendaki gunung sejak bersekolah. Hal ini karena daerah tempat ia tinggal berada di sebuah kaki gunung. Hobi-hobi tersebut tidak ada hubungannya dengan kegiatan yang harus Agung jalankan saat ini.

Meskipun demikian, Agung berharap dirinya dan semua anggota Bengkel Jurnalistik dapat meningkatkan keterampilan di bidang Sastra Indonesia setelah bergabung di dalamnya.

”Mungkin membangun kedekatan lewat komunikasi sih. Ya paling di chatting Whatsapp itu. Belum bisa berbuat lebih situasi seperti ini,” kata Agung saat ditanya tentang rencananya terhadap Bengkel Jurnalistik dalam waktu dekat ini.

Agung ingin prasangka-prasangka negatif yang ada di dalam Bengkel Jurnalistik dapat dihilangkan. Agung memberikan contoh jika ada keluhan dari anggota atau pengurus. Terkadang tidak dapat tersampaikan dengan baik karena berbagai alasan yang bersifat subjektif. Padahal seharusnya hal tersebut harus disampaikan dan diselesaikan. Maka, diperlukan komunikasi yang baik antar anggota dan pengurus Bengkel Jurnalistik agar kejadian seperti itu tidak terjadi.

 

Bertanggung Jawab dengan Pilihan

Sebagai mahasiswa prodi Sastra Indonesia, ia sadar bahwa dalam situasi pandemi seperti sekarang ini harus membuatnya lebih banyak belajar secara mandiri. Ia mengambil waktu selain waktu kuliah untuk belajar hal-hal yang berkaitan dengan jurusan yang ia ambil. Agung mengambil kuliah di jurusan Sastra Indonesia dengan mendapatkan kebebasan untuk memilih dari orang tuanya. Orang tuanya mengizinkan memilih jurusan yang ia suka. Namun, ia diberikan satu syarat yaitu harus memberikan pertanggung jawaban atas pilihannya tersebut.

Semua yang telah dilalui dan dicapai oleh Agung, tidak lepas dari dukungan orang-orang terdekatnya. Ibu dan adiknya adalah orang-orang yang paling mendukung Agung hingga saat ini. Ia bertekad untuk lulus dan memahami semua ilmu yang telah ia dapatkan di bangku perkuliahan.

Hal itulah yang menurut Agung sebagai suatu bentuk pertanggung jawaban terhadap pilihan yang sudah ia ambil. Apalagi ia sudah rela jauh dari orang tua dan saudaranya demi melanjutkan pendidikan.

Selama kuliah di Sastra Indonesia, ia merasa senang karena dapat merasakan kebebasan. Kebebasan yang ia maksudkan adalah kebebasan yang bertanggung jawab.

”Jangan berspekulasi banyak lah ketika masuk sastra itu. Penting untuk yakinkan dan teguhkan diri. Kalau Bahasa Jawanya, kalau sudah nyemplung yo wis sisan,” ungkap pemuda kelahiran tahun 1997 ini.

Selama berkuliah di Sastra Indonesia, ia mengalami beberapa hambatan seperti mahasiswa pada umumnya. Salah satunya ketika awal masuk kuliah. Ia sempat merasa kaget karena masih awam dengan semua mata kuliah yang diberikan. Namun, lama-kelamaan ia akhirnya dapat memahaminya.

Agung memiliki beberapa cara untuk mengatasi kendala selama proses perkuliahan. Antara lain dengan belajar mandiri, bertanya kepada teman yang sudah lebih dahulu mengerti, dan mencari ilmu pada orang yang lebih berpengalaman atau sudah ahli. Agung terus berusaha untuk belajar.

Bagi dia, berusaha memahami hal yang pada awalnya dianggap sulit itu ibarat seseorang yang menyukai lawan jenisnya. Kalau sudah memiliki perasaan dan tertarik, pasti orang itu akan berusaha untuk mencari tahu tentang orang yang disukai dengan sendirinya.

”Misalkan kesukaannya apa sih… dia kok sifatnya kayak gini kayak gitu. Kurang lebih seperti itu,” katanya.

Saat ini, ia juga merasa tidak salah jurusan. Melainkan ia merasa lebih yakin terhadap hal yang sudah ia pilih sendiri.

Penulis: Stevanny Yosicha Putri

 kembali