Berita

Kuliah Umum Dr. Wiyatmi, M.Hum

01-05-2013 11:01:25 WIB 

Dr. Wiyatmi, M.Hum:

ADA BANYAK KABUT KEBENARAN

 

            “Di dunia ini masih begitu banyak kabut kebenaran yang belum terungkap, yang tidak terungkap, ataupun yang sengapa ditutup-tutupi oleh mereka yang punya kepentingan.  Karena itulah dibutuhkan banyak penyair untuk mengungkap suara dari balik kabut,” demikian antara lain yang dikatakan Dr. Wiyatmi, M.Hum dalam kuliah umum di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Rabu (1/5). Dr. Wiyatmi, M.Hum adalah dosen Universitas Negeri Yogyakarta. Selain pakar di bidang kajian wanita, beliau juga dikenal sebagai penyair yang telah memiliki dua kumpulan puisi, yaitu Pertanyaan Srikandi (2012) dan Suara dari Balik Kabut (2013).  

            “Puisi-puisi saya hampir semuanya berbicara tentang perjuangan kesetaraan gender. Hal ini menjadi obsesi saya sejak masa kanak-kanak, di mana dalam lingkungan keluarga, saya melihat ibu lebih mementingkan dan menganak-emaskan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan,” tutur Wiyatmi dalam penjelasannya tentang obsesinya sebagai penyair. Hal itulah yang membuat Wiyatmi sensitif terhadap perjuangan perempuan.  

 

Moment Estetik

            Menurut Wiyatmi, ada banyak hal yang dapat memicu seseorang untuk menulis puisi. Pertama, pengetahuan sejarah. Dari sejarah, misalnya, kita mengetahui tokoh-tokoh yang bahkan lebih besar dari Kartini, seperti Roehana Koedoes, Rahmah El Junusiah, Siti Walidah, R. A. Sutartinah, dll. Jika sejarah melupakan mereka, sastra dapat menghadirkan mereka kembali. Kedua, inspirasi dapat muncul dari peristiwa sehari-hari, termasuk tontonan di televisi. Kita menyaksikan perjuangan Megawati Soekarnoputri, Sri Mulyani Indrawati, Putri, Widyawati, dan Teweraut di antara budaya palosentrisme. “Saya menciptakan puisi “Perempuan” untuk mengenang dan menghargai perjuangan mereka yang tidak ringan. Sebagai perempuan, saya merasakan betul beratnya perjuangan mereka,” tutur Wiyatmi. Ketiga, inspirasi yang muncul dari renungan tentang hal-hal sederhana, seperti arti sebuah pintu, sebuah kursi, kicauan burung yang masih terdengar, bahkan pembuatan kalimat dalam kuliah sintaksis yang ternyata selalu mengandung bias gender.

            Kuliah umum ini berlangsung dengan semangat. Peserta pun antusias mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tiga mahasiswa membacakan puisi-puisi Wiyatmi, “Suara” oleh Lidia Nathalia Trysnawati Rido, “Suara dari Balik Kabut” oleh Brigita Dina Anggraeni, dan “Kupungut Baris-baris Puisi” oleh Bayang Kalbu. Dalam kuliah umum ini setiap mahasiswa mendapat sebuah buku Antologi Puisi Suara dari Balik Kabut karya Wiyatmi, sebagai hadiah dari Fakultas Sastra. (y2t)

 kembali